Kalau anggota tim Anda selalu setuju dengan ide-ide Anda,
bahkan dengan sangat mudah mendukung, berhati-hatilah. Jangan-jangan tim Anda
terjebak pada group think.
Istilah yang dipopularkan Irving Janis tahun 70an itu
merujuk pada kelompok yang semuanya berpikir sama. Tidak ada perbedaan pendapat.
Tidak ada yang kritis.
Sebagai pemimpin Anda mungkin menikmati mudahnya mengatur
tim atau mengeksekusi ide. Semuanya manut, bergerak cepat. Bahkan, berdedikasi
tinggi dan berani pasang badan (berusaha sampai habis-habisan).
Persoalannya minimal ada dua, 1) keputusan Anda tidak selalu
tepat, 2) tim Anda hanya akan melaporkan yang baik-baik saja untuk menunjukkan
bahwa Anda selalu tepat.
Akibatnya bisa fatal. Bila keputusan tidak tepat yang dijalankan
dan itu dijalankan tanpa Anda ketahui kekurangan-kekurangannya, maka Anda akan menemukan
kesalahan ketika semuanya sudah terlambat.
Invasi Teluk Babi adalah salah salah satu kasus yang kerap
dianalisis sebagai hasil group think.
Di tahun 1961 Presiden Kennedy memerintahkan operasi ke Kuba, yang saat itu
dekat dengan Uni Soviet. Teluk Babi menjadi salah satu tempat pendaratan
penyerbu yang banyak berisi orang Kuba pelarian dari Fidel Castro. Singkat
cerita, invasi 3 hari itu gagal total dan mempermalukan Amerika di kancah
internasional.
Schlesinger, seorang anggota tim Kennedy, belakangan mengatakan,
“Kalau saja saat itu ada penasihat senior yang menentang, saya percaya Kennedy akan
membatalkan. Tidak ada yang berbeda pendapat.”
Group think adalah hasil dari leadership yang terlalu jenius atau karismatik yang tidak memberikan ruang bagi anggota timnya bersuara kritis. Atau bisa juga yang otoriter
(yang menyingkirkan mereka yang berbeda pendapat). Kennedy adalah contoh yang
jenius dan karismatik.
Lantas apakah Anda tidak boleh menjadi pemimpin yang terlalu
jenius atau karismatik?
Tentu saja, bukan itu poinnya.
Yang penting adalah hati-hati terhadap group think. Ketika
segala ide Anda sebagai pemimpin diterima dengan mudah, fasilitasi diskusi dalam
tim agar berpikir kritis.
1) Buat sesi curah pendapat untuk memahami pros &
cons
2) Minta sebagaian anggota mengambil posisi berbeda
untuk bersikap kritis, menguji ide Anda (devil
advocate)
3) Dan yang tidak kalah penting, jadi pemimpin yang
terbuka pada feedback https://risangr.blogspot.com/2018/08/pribadi-yang-terbuka-bagi-feedback.html
Referensi:
Carol Dweck, Mindset, changing the way you think to fulfill your
potential (2017).
No comments:
Post a Comment